Sabtu, 25 Oktober 2014

D. Pembentukan Lebih Lanjut


Yang dimaksud pembentukan lebih lanjut ialah pembentukan kata turunan melalui proses morfologi bahasa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasamya. Dalam kaitannya dengan unsur serapan, pembicaraan hanya menyangkut pengimbuhan, karena dalam pengulangan dan pemajemukan tidak ada yang perlu dibicarakan. Kata-kata yang diawali oleh konsonan hambatan tak bersuara lpl,/tl,/kl, dan geseran apiko-alveolar Isl jika mendapat awalan meng- atau peng- fonem tersebut hilang atau luluh, contohnya: pukul menjadi memukul dan pemukul, tolong menjadi menolong dan penolong, karang menjadi mengarang dan pengarang, susun menjadi menyusun dan penyusun.
Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan bilabial tak bersuara /p/ contohnya: paket, parker, potret, piket. Jika mendapat awalan meng- dan peng- atau peng-an, kata-kata tersebut menjadi memaketkan, memarkir, memotret, dan memiketi; pemaketan, pemarkiran, pemotretan, pemiketan. Jadi kata-kata serapan tersebut diperlakukan sama dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang lain.
Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan apiko  dental tak
bersuara It/ contohnya: target, teror. Apabila dibentuk dengan awalan meng- menjadi menargetkan atau mentargetkan; meneror atau menteror. Jika dibentuk denganpeng-an menjadi;penargetan atau pentargetan, peneroran atau penteroran,.
Agar dapat dibentuk sesuai dengan kaidah morfofonemik yang berlaku, kata asing yang kemudian menjadi kata dasar itu harus sudah dikenal dengan baik. Oleh karena itu, untuk kata-kata yang belum dikenal, bukan saja konsonan awalnya tidak mengalami peluluhan, melainkan juga  diberi tanda hubung untuk mempertegas  batas  antara kata  dasar.


Konsonan geseran labio-dental tak bersuara /f/ dulu disesuaikan dengan system fonologi bahasa Indonesia menjadi /p/. Yang sudah disesuaikan menjadi /p/ mengalami penghilangan atau luluh, sedang apabila tetap /f/ mendapat sengauan yang homorgan, yaitu /ml. Contohnya: pikir menjadi memikirkan dan pemikiran; fitnah menjadi memfitnah danpemfitnahan.
Konsonan hambatan dorso-velar tak bersuara /kl yang mengalami kata-kata
katrol, dan keker luluh apabila mendapat awalan meng- atau konfiks peng-an seperti terlihat pada: mengatrol dan pengatrolan, dan pengontakan,  mengonsep danpengonsepan, mengekerdanpengekeran.
Seperti halnya pada unsur serapan yang lain, kata-kata yang masih terasa asing mendapat perlakuan yang berbeda, contohnya pada kata "sinkrun" dan "sistematis",jika mendapat awalan meng- danpeng-an menjadi mensinkrunkan dan pensinkrunan, mensistematiskan  danpensistematisan.
Kata dasar serapan yang diawali oleh gugus konsonan /pr/ seperti pada prates, program, produksi, dan praktik, jika mendapat awalan meng- Ip/ tidak luluh menjadi: memprotes, memprogram, memproduksi, dan mempraktikkan. Tetapi apabila mendapat konfiks peng-an /p/-nya luluh menjadi: pemrotesan, pemrograman, pemroduksian, dan pemraktikan. Ini bukan perlakuan yang istimewa untuk unsur-unsur serapkan sebab hal yang demikian itu kita lihat juga pada bentukan memperkirakan. Memprihatinkan. kata-kata serapan yang diawali dengan gugus konsonan /tr/, /st/, /ski, /sp/,
/pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak pemah mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan meng-, peng-, maupun konfiks peng-an, contohnya: mentraktir, pentraktir, menstabilkan,.
Kata-kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pemah lebur apabila mendapat awalan meng- ataupeng-.
Kata-kata serapan itu tentu saja juga dapat mengalami proses pengulangan

seperti pada: traktor-traktor, computer-komputer dan sebagainya. Kata-kata serapan tidak dapat mengalami perulangan sebagian yang berupa dwipurwa atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan konsonan awal pada suku ulangannya juga tidak luluh, contohnya: mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik, menstabil-stabilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar